Carailah sebuah cerita hikayat singkat ,kemudian ubahlah cerita hikayat tersebut kedalam cerpen
Pertanyaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban firazantifirdaus
Ini adalah kisah yang dialami oleh istri tetanggaku sebut saja namanya keke. Dia baru beberapa bulan tinggal di desaku. Langsung aja ke ceritanya. Hari itu tepatnya malam pada tanggal 1 suro atau tahun baru islam. Setiap tanggal 1 suro di pesarehan gunung kawi tepatnya di kecamatan Wonosari, Malang, Jawa Timur selalu diadakan grebeg 1 suro. Seluruh warga berbondong-bondong untuk menyaksikan arak-arakan tumpeng maupun sesajen.
Hari itu aku bangun pagi sekali, kuselesaikan seluruh pekerjaan rumahku. Karena hari ini suamiku akan mengajak aku melihat grebeg 1 suro di pesarehan gunung kawi yang belum pernah aku saksikan sebelumnya. Pada pukul 11 tepat aku dan suamiku berangkat ke gunung kawi untuk menyaksikan arak-arakan tumpeng, sesaji, dan juga tidak lupa ogoh-ogoh/sangkakala perwujudan buto/raksasa yang jahat menurut suamiku. Tapi ditengah jalan aku ditanya oleh seorang ibu. Dia melarangku melihat grebeg 1 suro.
Ibu : “Kate nandi nduk? (mau kemana nak?)”.
Aku: “Badhe ningali suroan buk (mau lihat suroan buk)”.
Ibu: “lho meteng gede kok te ndlok suroan yo ora ilok to nduk (lho hamil besar kok mau lihat suroan ya pamali nak)”.
Aku: “Mboten nopo-nopo buk (gak apa-apa buk)”.
Ibu : “Yo wes sak karepmu nduk mugo-mugo slamet kowe lan jabang bayimu (iya sudah terserahmu nak, semoga selamat kamu dan janinmu)”.Ya, pada saat itu aku tengah hamil 7 bulan. Tak kuhiraukan omongan ibu-ibu tadi. “Ah cuma mitos orang tua saja” pikirku. Aku dan suami masih tetap melanjutkan perjalanan kami. Setelah 1 jam akhirnya sampai karena jalannya macet jadi agak lama sampainya. Ternyata arak-arakannya baru dimulai. Acaranya sangat meriah, ada yang membawa ogoh-ogoh sangkakala, buto ijo dan lain-lain, ada juga barongsai.
Aku sangat menikmati acara itu. Akhirnya sampai pada acara terakhir yaitu pembakaran sangkakala sebagai perwujudan pemusnahan angkara murka di dunia ini. Setelah itu aku dan suamiku pulang. Tidak ada yang terjadi padaku sampai malam tiba. Aku pun tertidur dengan nyenyak. Ketika bangun tidur pada pagi hari aku elus-elus perutku seperti kebiasaan ibu-ibu hamil.
Astaga! Kenapa perutku kempes pikirku. Lalu aku coba untuk merabanya lagi. Ternyata benar perutku kempes. Kemana janinku? Setelah itu aku dan suamiku segera periksa ke bidan. Dan alangkah terkejutnya aku, ketika bidan berkata bahwa aku tidak hamil. Dan janinku hilang entah kemana. Kemudian kami pulang dan ada tetanggaku yang memberi tahu bahwa wanita hamil tidak boleh melihat acara 1 suro karena konon mitosnya janin akan dimakan oleh sangkakala.