Sejarah

Pertanyaan

Bagaimana nabi muhammad dalam asuhan ibundanya,kakek serta pamannya

1 Jawaban

  • Muhammad kecil diasuh ibundanya sendiri dan menjadi tanggungan sang kakek, Abdul Muthalib, sekembalinya dari penyusuannya di kampung Bani Sa’ad.
    Ketika usia Muhammad genap enam tahun, ibunda beliau, Aminah binti Wahab, meninggal pula di Abwa’. Alkisah, saat itu ia sedang dalam perjalanan pulang ke rumah bersama Muhammad setelah mengunjungi paman-paman dan saudara-saudara dari pihak ayahnya, yaitu keturunan Bani Adi bin Najjar di Madinah.
    Sepeninggal ibundanya tercinta, Muhammad diantarkan oleh pelayan dan pengasuhnya, Ummu Aiman, kepada kakeknya, Abdul Muthalib, ke Mekkah. Sejak itu Abdul Muthalib merawat dan mengasuh Muhammad dengan segala kemampuannya hingga wafat. Pada saat kakeknya wafat, usia Muhammad masih delapan tahun. Sebelum meninggal, Abdul Muthalib sempat mewasiatkan pengasuh Muhammad kepada Thalib, anaknya. Abu Thalib adalah saudara kandung Abdullah, ayah Muhammad. Adapun ibunda dari keduanya adalah Fatimah binti Amru bin A’idz.
    Banyak kabar yang meriwayatkan bagaimana perhatian Abdul Muthalib terhadap cucunya, Muhammad, selama dalam asuhannya. Salah satunya adalah riwayat yang disampaikan oleh Abu Ya’la. Ia menuturkan bahwa suatu ketika, Abdul Muthalib menyuruh Muhammad mencari untanya yang hilang dalam penggembalaan. Setelah beberapa lama ditunggu, cucunya itu tak kunjung datang sehingga ia menjadi gelisah dan bersusah hati. Ketika akhirnya Muhammad kembali dengan membawa unta-unta tersebut, Abdul Muthalib bersumpah tidak akan pernah lagi menyuruh dan meminta bantuannya. Setelah itu, ia juga berjanji tidak akan pernah meninggalkan cucunya itu sendirian.
    Demikianlah. Sejak itu sang kakek selalu berada di dekat sang cucu. Abdul Muthalib tidak pernah mengizinkan seorang pun memasuki bilik Muhammad saat ia sedang tidur. Disebutkan bahwa Abdul Muthalib memiliki tempat duduk khusus yang tidak pernah diduduki oleh orang selain dirinya dan Muhammad. Abdul Muthalib juga memiliki sebuah tikar khusus di dekat Ka’bah. Namun, tak seorang pun dari anak-anaknya yang berani memakai tikar itu. Mereka hanya berani dan diperbolehkan duduk di sekitar tikar tersebut. Justru Muhammad yang selalu duduk bersama sang kakek di atas tikar itu.

Pertanyaan Lainnya