B. Indonesia

Pertanyaan

Contoh puisi yg bermajas dan memiliki pencitraan pendengaran,penglihataan ,perabaan,penciuman,perasaan

1 Jawaban

  • Citraan Penglihatan Citra penglihatan adalah citraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca untuk seolah-olah melihat apa yang dilihat oleh penyair. Citraan penglihatan merupakan citaan yang paling banyak ditemukan dalam puisi. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan penglihatan mata. Rangsangan yang diberikan oleh citraan penglihatan dapat membawa pembaca ke ruang imajinasi yang seolah-olah nyata. Perhatikan penggalan puisi berikut ini Beri Daku Sumba
    (Oleh : Taufik Ismail) Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
    Di mana matahari membusur api di atas sana
    Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
    Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
    Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
    Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
    Dan angin zat asam panas dikipas dari sana
    Citraan Pendengaran Citra penglihatan adalah citraan dalam puisi yang merangsang pembaca dengan cara mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan indera pendengaran seperti bunyi-bunyi tertentu. Citra pendengaran merupakan salah satu citra yang sering digunakan dalam puisi. Cara penyair menyampaikan citra pendengaran yaitu dengan mengurai/mendeskripsikan suara-suara yang seolah pembaca mendengarkan peristiwa dalam puisi secara langsung. Penyair yang sering menggunakan citraan pendengaran biasa disebut penyair Auditit/Auditif. Perhatikan citraan pendengaran berikut ini. Rintihan Pengemis Tua
    (Oleh : Abdul Malik)Brakk…
    Seketika itu sang pemgemis jatuh
    Tertabrak seorang pejalan kaki yang diduga preman
    Terdiam dan melemah…
    Pengemis itu hanya bisa pasrah
    Uang receh di botol plastiknya habis terjarah
    Citraan Perabaan  Citra perabaan adalah citraan dalam puis yang dapat merangsang pembaca yang seolah-olah dapat meraba sesuatu yang di deskripsikan penyair dalam puisi. Citra perabaan identik dengan citra gerak karena kita seperti dapat meraba dan merasakan langsung apa yang disampaikan penyair dalam puisi. Perhatikan penggalan puisi berikut ini. Kepada Ibu Aku Merindu
    (Oleh : Abdul Malik)Saat masa-masa kecil dulu
    Aku selalu menantikan saat-saat bersama ibu
    Dimana aku tertidur di balai bambu
    Tangan ibu mengusap wajahku
    Kala aku tersedu
    Kepada ibu aku merindu
    Citraan Gerak Citra gerak adalah citraan dalam puisi yang berkaitan dengan anggota gerak manusia. Penyair yang menyatakan maksud dengan citra gerak biasanya dapat menggiring pembaca yang seolah-olah menimbulkan kesan bergerak, padahal yang digambarkan bergerak sebenarnya tidak bergerak. Perhatikan penggalan puisi berikut ini Pendaki Api Merapi
    (Oleh : Abdul Malik)Langkahnya cepat seperti terburu waktu
    Tangannya mengepal dan memukul-mukul ke dadanya
    Sembari bernyanyi..
    Pemuda itu berkobar menuju api
    Citraan Penciuman Citra penciuman adalah citraan dalam puisi yang berkaitan dengan indera pembau. Citra penciuman cukup jarang digunakan oleh penyair, karena untuk menciptakan citra penciuman cukup sulit bagi penyair untuk mendapatkan efek seperti nyata. Akan tetapi jika berhasil menerapkan citra penciuman dalam puisinya, maka puisi tersebut memiliki keistimewaan tersendiri. Perhatikan penggalan puisi berikut ini. Melatiku
    (Oleh : Abdul Malik)Semerbak harummu menyentuh hingga ke kalbu
    Dimana aku tertatih untuk menunggu hadirmu
    Bagaimana mungkin aku membisu?
    Jika wangimu masih meradang dalam rindu
    Citraan Pengecap
    Cita pengecap adalah citraan yang digunakan dalam puisi yang berkaitan dengan indera pengecap. Citraan ini cukuo jarang digunakan oleh penyair dalam menciptakan puisi. Penerapan citraan pengecap dapat memberikan kesan kepada pembaca yang seolah olah dapat merasakan dengan indera pengecapnya tentang apa yang disampaikan oleh penyair melalui karya puisinya. Secangkir Kopi dan Kenangan
    (Oleh : Abdul Malik)Sepahit kopi yang pernah ku rasakan
    Jauh lebih pahit ketika kau memutuskan untuk pergi
    Meninggalkan segala mimpi-mipi kita
    Dimana pekatnya masih melekat dalam hati
    Kau pun enggan untuk berbicara
    Aku disini masih meronta dalam sepi

Pertanyaan Lainnya