Contoh puisi yg bermajas dan memiliki pencitraan pendengaran,penglihataan ,perabaan,penciuman,perasaan
B. Indonesia
suryobella3669
Pertanyaan
Contoh puisi yg bermajas dan memiliki pencitraan pendengaran,penglihataan ,perabaan,penciuman,perasaan
1 Jawaban
-
1. Jawaban KurniaVera01
Citraan Penglihatan Citra penglihatan adalah citraan dalam puisi yang dapat merangsang pembaca untuk seolah-olah melihat apa yang dilihat oleh penyair. Citraan penglihatan merupakan citaan yang paling banyak ditemukan dalam puisi. Hal ini dikarenakan berkaitan dengan penglihatan mata. Rangsangan yang diberikan oleh citraan penglihatan dapat membawa pembaca ke ruang imajinasi yang seolah-olah nyata. Perhatikan penggalan puisi berikut ini Beri Daku Sumba
(Oleh : Taufik Ismail) Rinduku pada Sumba adalah rindu padang-padang terbuka
Di mana matahari membusur api di atas sana
Rinduku pada Sumba adalah rindu peternak perjaka
Bilamana peluh dan tenaga tanpa dihitung harga Tanah rumput, topi rumput dan jerami bekas rumput
Kleneng genta, ringkik kuda dan teriakan gembala
Berdirilah di pesisir, matahari ‘kan terbit dari laut
Dan angin zat asam panas dikipas dari sana Citraan Pendengaran Citra penglihatan adalah citraan dalam puisi yang merangsang pembaca dengan cara mendeskripsikan hal-hal yang berkaitan dengan indera pendengaran seperti bunyi-bunyi tertentu. Citra pendengaran merupakan salah satu citra yang sering digunakan dalam puisi. Cara penyair menyampaikan citra pendengaran yaitu dengan mengurai/mendeskripsikan suara-suara yang seolah pembaca mendengarkan peristiwa dalam puisi secara langsung. Penyair yang sering menggunakan citraan pendengaran biasa disebut penyair Auditit/Auditif. Perhatikan citraan pendengaran berikut ini. Rintihan Pengemis Tua
(Oleh : Abdul Malik)Brakk…
Seketika itu sang pemgemis jatuh
Tertabrak seorang pejalan kaki yang diduga preman
Terdiam dan melemah…
Pengemis itu hanya bisa pasrah
Uang receh di botol plastiknya habis terjarah Citraan Perabaan Citra perabaan adalah citraan dalam puis yang dapat merangsang pembaca yang seolah-olah dapat meraba sesuatu yang di deskripsikan penyair dalam puisi. Citra perabaan identik dengan citra gerak karena kita seperti dapat meraba dan merasakan langsung apa yang disampaikan penyair dalam puisi. Perhatikan penggalan puisi berikut ini. Kepada Ibu Aku Merindu
(Oleh : Abdul Malik)Saat masa-masa kecil dulu
Aku selalu menantikan saat-saat bersama ibu
Dimana aku tertidur di balai bambu
Tangan ibu mengusap wajahku
Kala aku tersedu
Kepada ibu aku merindu Citraan Gerak Citra gerak adalah citraan dalam puisi yang berkaitan dengan anggota gerak manusia. Penyair yang menyatakan maksud dengan citra gerak biasanya dapat menggiring pembaca yang seolah-olah menimbulkan kesan bergerak, padahal yang digambarkan bergerak sebenarnya tidak bergerak. Perhatikan penggalan puisi berikut ini Pendaki Api Merapi
(Oleh : Abdul Malik)Langkahnya cepat seperti terburu waktu
Tangannya mengepal dan memukul-mukul ke dadanya
Sembari bernyanyi..
Pemuda itu berkobar menuju api Citraan Penciuman Citra penciuman adalah citraan dalam puisi yang berkaitan dengan indera pembau. Citra penciuman cukup jarang digunakan oleh penyair, karena untuk menciptakan citra penciuman cukup sulit bagi penyair untuk mendapatkan efek seperti nyata. Akan tetapi jika berhasil menerapkan citra penciuman dalam puisinya, maka puisi tersebut memiliki keistimewaan tersendiri. Perhatikan penggalan puisi berikut ini. Melatiku
(Oleh : Abdul Malik)Semerbak harummu menyentuh hingga ke kalbu
Dimana aku tertatih untuk menunggu hadirmu
Bagaimana mungkin aku membisu?
Jika wangimu masih meradang dalam rindu Citraan Pengecap
Cita pengecap adalah citraan yang digunakan dalam puisi yang berkaitan dengan indera pengecap. Citraan ini cukuo jarang digunakan oleh penyair dalam menciptakan puisi. Penerapan citraan pengecap dapat memberikan kesan kepada pembaca yang seolah olah dapat merasakan dengan indera pengecapnya tentang apa yang disampaikan oleh penyair melalui karya puisinya. Secangkir Kopi dan Kenangan
(Oleh : Abdul Malik)Sepahit kopi yang pernah ku rasakan
Jauh lebih pahit ketika kau memutuskan untuk pergi
Meninggalkan segala mimpi-mipi kita
Dimana pekatnya masih melekat dalam hati
Kau pun enggan untuk berbicara
Aku disini masih meronta dalam sepi